Awalnya Lengka hanya menganggap sebagai susunan batu karang pemisah kebun dan pemukiman masyarakat dahulu. Namun setelah Lengka melihat kembali foto-foto dokumentasi dan beberapa literatur semakin memperkuat jika susunan batu karang yang membelah rerimbung hutan di Pantai lemo-lemo Lengka duga adalah sebuah benteng pada samannya.
Di Bulukumba, literatur akan jejak masa lalu amatlah sulit untuk ditemukan, jikalau memang ada hanya menjadi konsumsi beberapa kalangan dan hal ini yang membuat sulitnya untuk menggali akan informasi suatu wilayah.
Sama halnya dengan Buku tua dalam bahasa Belanda yang bertuliskan tahun 1933 pemberian salah satu pemerhati Kebudayaan Sinjai kelahiran Bulukumba yang beberapa Distrik dan ratusan Onder Distrik yang ada di Wilayah Administrasi Kabupaten Bulukumba. Selain itu, Lengka yang berbekal selembar peta tua pemberian teman aktifis agraria yang tertuliskan tahun 1752 yang terpampang lebar didalamnya kata Boelecomba yang memuat puluhan Distrik dan Onder Distrik sepanjang garis pantai dari Kabupaten Bone sampai Kabupaten Jenneponto yang ada saat ini.
Beberapa daerah yang tertulis saat ini sudah menjadi Kota Kecamatan yang padat penduduk dan banyak pula diantaranya sudah sepih dari pemukiman.
Sebelum Lengka menulis ini, ada tulisan awal Lengka akan Benteng yang sudah diakui oleh beberapa kalangan maupun warga setempat yang berada di bibir pantai. Namun setelah menelusuri hutan dan melakukan analisa awam Lengka kemudian berpikir jika susunan batu karang yang lain membelah rerimbung hutan ini juga merupakan Benteng selain yang ada di pinggir pantai sebelumnya yang sedikit tinggi namun pendek daripada yang ada di dalam hutan.
Definisi Benteng yang Lengka temukan di KBBI merupakan bangunan tempat berlindung atau bertahan (dr serangan musuh); dinding (tembok) untuk menahan serangan; nama salah satu buah catur; tir; ki sesuatu yg dipakai untuk memperkuat atau mempertahankan kedudukan dsb.
Pada awalnya, benteng yang dibangun untuk keperluan Militer dan melindungi orang-orang yang tinggal di dalamnya, Dengan banyak dan beragamnya individu yang tinggal di dalam benteng, dinamika kehidupan menjadi kompleks. Bersamaan dengan itu, benteng tidak lagi menjadi simbol pertahanan tetapi juga menjadi pusat aktivitas dan interaksi sosial.
Berbagai macam kegiatan dilaksanakan bukan hanya berkaitan dengan militer namun pula cabang kehidupan manusia lainya termasuk aspek ekonomi dan budaya, selain sebagai pusat intekasi antar manusia benteng berperang pula sebagai simbol politik yakni ancaman jika wilayah yang ada dalam benteng tersebut memiliki kekuatan yang besar.
Beberapa hal yang membuat Lengka menduga susunan batu karang itu sebagai benteng adalah (1) Susunan batu yang cukup tinggi dan lebar daripada pagar batu yang umunya banyak kita jumpai di wilayah timur Kabupaten Bulukumba, (2) Diameter atas susunan batu satu meter dan tingginya berpariasi hingga dua meter, (3) posisi susunan batu yang panjang dan mengarah ke pantai dan juga membentuk pola kotak-kotak, (4) besarnya material batu yang digunakan untuk membentuk susunan, (5) pada peta tahun 1752 tentang Boelecomba ini pada gambar di tulis Lemolemo berbentuk sebuah Benteng, (6) Bangunan yang dianggap benteng di bibir pantai lemo-lemo cukup dekat dari posisi susunan batu yang ada di tengah hutan Tanah Lemo yang diduga merupakan benteng, (7) terdapat ratusan makam tua dengan model nisan yang seperti tiang yang tinggi, bentuk gada dan juga terdapat nisan dengan ukiran bunga yang cukup besar hingga bisa di anggap dulunya merupakan pemukiman yang cukup besar, (8) Jika susunan batu dugunakan agar hewan liar maka terlampau besar dan lebar begitupula jika dibuat untuk pagar pemukiman.
Karena hal hal seperti itulah yang membuat Lengka menduga jika susunan batu dari karang itu merupakan Benteng yang dibuat pada samannya dengan tujuan menghalau lawan ataupun batas wilayah kota kerajaan.
Struktur bangunannya sendiri cukup kokoh, pada susunan paling bawah terdiri dari batu karang yang cukup besar. Selain itu, letak benteng yang jaraknya hanya kurang dari satu kilometer dari benteng di bibir pantai ini sudah ditumbuhi pohon-pohon yang sudah tumbuh besar dan sangat rapat sehingga sangat sulit untuk terus menyusur sepanjang susunan batu dan bisa menentukan jika keberadaan susunan batu ini sudah mencapai ratusan tahun.
Selain rapatnya pepohonan di hutan tersebut, juga pada lantai hutan terdiri dari karang yang tajam dan beberapa gua dan liang. Bahkan sepatu salah satu teman Lengka dari bahan kulit robek karena tajamnya karang-karang di lantai hutan.
Susunan batu yang diduga merupakan benteng ini Lengka mencoba mendigitalisasikannya, kira-kira bentuknya seperti gambar di bawah ini.
Selain itu, menurut informasi warga jika lokasi tersebut dulunya merupakan pemukiman warga Tanah Lemo yang kemudian melakukan transmigrasi beberapa kilometer ke arah jalan raya yakni saat ini tanah beru.
Dugaan ini tidak sepenuhnya benar berhubung Lengka masih awam dalam bidang ini dan juga belum adanya penelitian dan data yang lebih mendukung tentang hal ini, dan jika memang benar maka Benteng ini merupakan Benteng terpanjang dan luas di Kabupaten Bulukumba.
Kawasan ini sudah mulai bertumbuh dengan banyaknya warga yang mulai membangun penginapan dan menjual kebutuhan wisatawan yang Lengka aggap belum tertata dengan baik dan banyaknya makam-makam tua yang diatasnya di bangun rumah untuk menjual dapat merusak situs-situs makam.
Lengka merasa jika pantai lemo-lemo dengan pasir putih ini dipadukan dengan hutan yang rimbung tertata apik, Lengka merasa suatu saat tempat ini akan menjadi saah satu Destinasi andalan di Sulawesi yang memadukan wisata bahari dan eksotisme hutan namun membutuhkan rancangan yang mata dan orang-orang yang kompoten pada bidangnya.
Topada Salamaki.
Bulukumba, 24 Juni 2016
Penulis : Zulengka Tangallilia
Di Bulukumba, literatur akan jejak masa lalu amatlah sulit untuk ditemukan, jikalau memang ada hanya menjadi konsumsi beberapa kalangan dan hal ini yang membuat sulitnya untuk menggali akan informasi suatu wilayah.
Sama halnya dengan Buku tua dalam bahasa Belanda yang bertuliskan tahun 1933 pemberian salah satu pemerhati Kebudayaan Sinjai kelahiran Bulukumba yang beberapa Distrik dan ratusan Onder Distrik yang ada di Wilayah Administrasi Kabupaten Bulukumba. Selain itu, Lengka yang berbekal selembar peta tua pemberian teman aktifis agraria yang tertuliskan tahun 1752 yang terpampang lebar didalamnya kata Boelecomba yang memuat puluhan Distrik dan Onder Distrik sepanjang garis pantai dari Kabupaten Bone sampai Kabupaten Jenneponto yang ada saat ini.
Beberapa daerah yang tertulis saat ini sudah menjadi Kota Kecamatan yang padat penduduk dan banyak pula diantaranya sudah sepih dari pemukiman.
Sebelum Lengka menulis ini, ada tulisan awal Lengka akan Benteng yang sudah diakui oleh beberapa kalangan maupun warga setempat yang berada di bibir pantai. Namun setelah menelusuri hutan dan melakukan analisa awam Lengka kemudian berpikir jika susunan batu karang yang lain membelah rerimbung hutan ini juga merupakan Benteng selain yang ada di pinggir pantai sebelumnya yang sedikit tinggi namun pendek daripada yang ada di dalam hutan.
Gambar 1 : Benteng yang ada di bibir Pantai Lemo-lemo, tanah lemo. |
Pada awalnya, benteng yang dibangun untuk keperluan Militer dan melindungi orang-orang yang tinggal di dalamnya, Dengan banyak dan beragamnya individu yang tinggal di dalam benteng, dinamika kehidupan menjadi kompleks. Bersamaan dengan itu, benteng tidak lagi menjadi simbol pertahanan tetapi juga menjadi pusat aktivitas dan interaksi sosial.
Berbagai macam kegiatan dilaksanakan bukan hanya berkaitan dengan militer namun pula cabang kehidupan manusia lainya termasuk aspek ekonomi dan budaya, selain sebagai pusat intekasi antar manusia benteng berperang pula sebagai simbol politik yakni ancaman jika wilayah yang ada dalam benteng tersebut memiliki kekuatan yang besar.
Beberapa hal yang membuat Lengka menduga susunan batu karang itu sebagai benteng adalah (1) Susunan batu yang cukup tinggi dan lebar daripada pagar batu yang umunya banyak kita jumpai di wilayah timur Kabupaten Bulukumba, (2) Diameter atas susunan batu satu meter dan tingginya berpariasi hingga dua meter, (3) posisi susunan batu yang panjang dan mengarah ke pantai dan juga membentuk pola kotak-kotak, (4) besarnya material batu yang digunakan untuk membentuk susunan, (5) pada peta tahun 1752 tentang Boelecomba ini pada gambar di tulis Lemolemo berbentuk sebuah Benteng, (6) Bangunan yang dianggap benteng di bibir pantai lemo-lemo cukup dekat dari posisi susunan batu yang ada di tengah hutan Tanah Lemo yang diduga merupakan benteng, (7) terdapat ratusan makam tua dengan model nisan yang seperti tiang yang tinggi, bentuk gada dan juga terdapat nisan dengan ukiran bunga yang cukup besar hingga bisa di anggap dulunya merupakan pemukiman yang cukup besar, (8) Jika susunan batu dugunakan agar hewan liar maka terlampau besar dan lebar begitupula jika dibuat untuk pagar pemukiman.
Karena hal hal seperti itulah yang membuat Lengka menduga jika susunan batu dari karang itu merupakan Benteng yang dibuat pada samannya dengan tujuan menghalau lawan ataupun batas wilayah kota kerajaan.
Gambar 02 : Susunan batu dari katang yang membelah hutan Tanah Lemo. |
![]() |
Gambar 03 : Wilayah lemo-lemo menurut peta tahun 1752 |
Susunan batu yang diduga merupakan benteng ini Lengka mencoba mendigitalisasikannya, kira-kira bentuknya seperti gambar di bawah ini.
![]() |
Gambar 03 : Posisi Susunan batu dari citra satelit. |
Dugaan ini tidak sepenuhnya benar berhubung Lengka masih awam dalam bidang ini dan juga belum adanya penelitian dan data yang lebih mendukung tentang hal ini, dan jika memang benar maka Benteng ini merupakan Benteng terpanjang dan luas di Kabupaten Bulukumba.
Kawasan ini sudah mulai bertumbuh dengan banyaknya warga yang mulai membangun penginapan dan menjual kebutuhan wisatawan yang Lengka aggap belum tertata dengan baik dan banyaknya makam-makam tua yang diatasnya di bangun rumah untuk menjual dapat merusak situs-situs makam.
Lengka merasa jika pantai lemo-lemo dengan pasir putih ini dipadukan dengan hutan yang rimbung tertata apik, Lengka merasa suatu saat tempat ini akan menjadi saah satu Destinasi andalan di Sulawesi yang memadukan wisata bahari dan eksotisme hutan namun membutuhkan rancangan yang mata dan orang-orang yang kompoten pada bidangnya.
Topada Salamaki.
Bulukumba, 24 Juni 2016
Penulis : Zulengka Tangallilia
Memang di lemo lemo ada kerajaan
BalasHapus