Sabtu, 11 Juni 2016

Menyelisik penamaan Kecamatan di Kabupaten Bulukumba (Bagian Pertama)

Berbicara tentang wilayah Administratif kabupaten Bulukumba seperti saat ini maka kita perlu merunut masa. mulai dari tahun 1511 saat Malaka jatuh di tangan bangsa Portugis. Kedatangan bangsa-bangsa barat ke nusantara pada abad ke-16  mula-mula karena ketertarikan mereka akan rempah-rempah yang berasal dari kepulauan maluku.
Menyelisik penemaan Kecamatan di Kabupaten Bulukumba.
Sumber : Universitas Leiden.
Hal senada juga di ungkapkan salah satu makalah tentang awal mula penamaan Bulukumba dalam naskah lontara Jayalangkara, dalam naskah lontara tersebut dengan jelas telah tertulis kata Bulukumba.

Lontara Jayalangkara atau dapat juga disebut makassarsche Chrestomathik adalah sejarah Gowa Tallo. kata Bulukumba tersendiri dalam Lontara Jayalangkara Lengkapnya tertulis "... iaminne  Karaeng Tumapa’risi Kallonna ambetai Garassi, ambetai Katingang, Parigi, Siang, Sidenreng, Lembangang, angngallei sabukatina Bulukumba, Silayara, ambetai Panaikang, Madallo, Cenrana, Karaenna Tu Marusuka,Tu Polombangkengnga, Tu Bonea....." dan sebaris kalimat yang bisa jadikan petunjuk tahun yang mana menyebutkan " .... julutaungngi nibetana garassi, nibetana todong malaka ri paranggia..." yang mana pada kalimat tersebut menyebutkan Malaka jatuh di tangan Portugis (Paranggia).

Kali ini, kita hanya akan membahas bagaimana proses awal terbentuknya Kecamatan yang saat ini ada di wilayah Administratif Kabupaten Bulukumba pada masa kolonial Belanda.

Masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia yang di mulai oleh Portugis dengan merebut Malaka pada tahun 1511 dan disusul oleh Spanyol pada tahun 1521 yang kemudian belakangan Belanda yang berlabuh di Banten pada tahun 1596.

Singkat cerita, bermula pada tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda G.A.G.I Van Der Cappellen membentuk sebuah komisi yang ditugaskan untuk meneliti dan membuat laporan mengenai keadaan Sulawesi Selatan dan kemudian berangkat ke Makassar pada bulan Juni 1824 dan mengundang Raja-raja Sulawesi Selatan untuk diajak berunding mengenai pemerintahan Belanda.

Perjanjian tersebut tersebut dinamakan  "Bungayas Contract te Oejoeng Pandang Verniew" dan kemidian di tanda tangani oleh kedua belah pihak antara Pemerintahan Kolonial Belanda dengan Raja-raja di Sulawesi selatan pada tanggal 9 Agustus 1824 di Makassar meskipun beberapa Raja-raja di Sulawesi selatan tidak hadir.

Berdasarkan perjanjian Bungaya yang diperbaharui tersebut, maka Pemerintahan kolonial Belanda memiliki kewenangan  yang luas untuk memulai pemerintahannya di Sulawesi selatan secara mutlak dan bahkan sulawesi secara keseluruhan dengan nama "Celebes en Onder Horigheden" yang berkedudukan di Makassar.

Secara keseluruhan daerah Sulawesi selatan kemudian di bagi menjadi tiga jenis kekuasaan  Gubernemen Hindia Belanda.

Pertama, Daerah Gubernemen yang langsung di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Kedua, Daerah-daerah Gubernemen yang langsung dikuasai dan diurus oleh Gubernemen Hindia Belanda. Ketiga, Daerah-daerah yang menjadi sekutu Gubernemen yang disebut Bondgenootschappelijke Landen.

Posisi Bulukumba pada tiga daerah Gubernemen Hindia Belanda tersebut ada pada Daerah pertama ialah dalam Distrik Bonthain dan Bulukumba. beberapa distrik diantaranya ialah Distrik Makassar, Distrik utara (Maros), serta pulau selayar dan pulau sepanjang pantai barat pulau sulawesi.

Dalam Regering Reglement (RR) tahun 1854 wilayah Indonesia dibagi secara administratif dalam gewest-gewest yang ditetapkan oleh raja di Nederland, dan pada pembagian terakhir pada tahun 1942 Hindia belanda hanya dibagi menjadi 8 gewest, yaitu lima gewest di jawa dan madura dan tiga gewest di luar jawa dan madura.

Pada pemerintahan Gewest Sulawesi (Celebes en Onderhorigheden) membuat struktur lembaga-lembaga yang berkedudukan di Minahasa.

Selanjutnya pada tahun 1860 birokrasi Kolonial semakin tampak kemajuan perkembangannya dengan bertambahnya beberapa jabatan penting di dalam organisasi pemerintahan.

Pada tahun 1924, Gewest Celebes En Onderhorigheden dibagi menjadi delapan Afdeling yang kemudian di ubah kembali berdasarkan Standblad 1922 No 216 menjadi tujuh Afdeling dalam Celebes En Onderhorigheden dalam rangka penyesuaian perubahan.

Ketuju Celebes En Onderhorigheden tersebut adalah, pertama Afdeling Makassar, Afdeling Bontain, Afdeling Bone, Afdeling Pare-pare, Afdeling Mandar, Afdeling Luwu, Afdeling Buton.

Dari ketuju Celebes En Onderhorigheden terakhir tersebut Kabupaten Bulukumba yang saat ini berada dalam Afdeling Bontai.

Berdasarkan Nota (Gedagteekend Den Haag, 12 Februari 1920) Bulukumba merupakan Daerah Onderafdeling di bawah Afdeling Bontain yang mana terdiri dari enam Distrik, yakni Pertama  Distrik Kajang, Distrik Bira, Distrik Kindang, Distrik Bulukumba Towa, Distrik Gantarang, dan Distrik Ujung Loe.

Bersambung...

Sumber :
*Mukhis. P, dkk. 1995. Sejarah Kebudayaan Sulawesi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi. Jakarta.
**Muhannis. 2012. Penulusuran Hari Jadi Bulukumba Diantara Lontara dan Naskah Sejarah. Makalah. Sinjai.
***Gravenhage, Martinus Nijhoff. 1933. Adatrectbundels (XXXVI : Borneo, Zuid-Selebes, Ambon Enz.


Bulukumba, 12 Juni 2016
Penulis : Zulengka Tangallilia

0 komentar:

Posting Komentar