Kegiatan yang dilangsungkan selama sehari ini dimulai pada pukul sembilan pagi hari di Possitana makam Karaeng Tambara Daeng Mallino yang kemudian berjalan kaki sejauh lima kilometer ke sekitar pertamina tanah beru dibelakan pemukiman warga yang diikuti oleh berbagai kalangan dan usia ini menggunakan pakaian baju bodo bagi perempuan dan jas tutup bagi laki laki dengan menggunakan penutup kepala songkok recca maupu passapu.
![]() |
Masyarakat yang berjalan beriringan sejauh 5 km dari kompleks makam Karaeng Tambara Daeng Mallino ke tempat Tambung Cina |
Mulanya, kegiatan ini hampir terlupakan setelah salah satu warga mengalami kesurupan oleh leluhurnya agar melangsungkan tradisi ini, Tradisi yang di ikuti oleh keluarga Karaeng Tambara Daeng Mallino ini konon mulai sejak ratusan tahun yang lalu setelah warga masyarakat yang saat ini bermukim di Kecamatan Bontobahari mengalami kemarau berkepanjangan yang kemudian menurut salah seorang keturunan dari Karaeng Tambara Daeng Mallino menginjakkan tumit kakinya pada tanah hingga muncul mata air.
![]() |
Kerumunan Masyarakat mencari mata air sebagai puncak kegiatan |
Pada acara yang dilangsungkan pada sabtu, 20 Agustus 2016 ini dilangsungkan dalam beberapa tahap, tahap pertama dilakukan dengan siara di kompleks makam Karaeng Tambara Daeng Mallino yang ada di Tanah beru dengan berbagai atraksi budaya antaranya mammanca, dan penampilan beberapa sanggar seni budaya yang ada di sekitaran wilayah diiringi tabuhan genderang Jong yang dimulai pada pukul sembilan pagi yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh lima kilometer, acara adat ini biasanya dilangsungkan dengan menyembeli seekor kerbau dan membakarnya hingga asapnya mengepul sampai kelangit dengan maksud hujan turun, namun dilangsungkan dengan tiba-tiba akan permintaan salah satu warga yang kerasukan yakni Ibu Khaera bahwa harus dilaksanakan pada 20 Agustus juga maka hanya menggunakan 43 ekor ayam kampung yang diolah secara tradisional begitupula dengan alat dalam pengelolaanya.
![]() |
Kelompok pemusik tradisional Genderang Jong dalam acara |
Acara yang menurut penuturan salah seorang warga bernama Akhmad Mudding ini kembali akan dilaksanakan tahun dengan dengan mengumpulkan seluruh sanak keluarga keturunan Karaeng Tambara Daeng Mallino untuk lebih mempererat tali silatuhami yang juga untuk melengkapi kebutuhan dalam ritual.
![]() |
Salam satu masyarakat berjas tutup dan passapu yang sedang menggali tanah dengan harapan menemukan mata air. |
Sebelumnya, tiga dekade yang lalu menurut salah seorang tetua. Acara diangsungkan secara sakral yang mana iring-iringan yang menggunakan baju bodo bagi perempuan dan jas tutup bagi laki-laki akan berjalan dan melakukan semacam tarian mengelilingi lokasi untuk mencari lokasi yang tepat untuk menggali dan mendapatkan mata air.
![]() |
Salam satu masyarakat berjas tutup dan passapu yang sedang menggali tanah dengan harapan menemukan mata air. |
Siapa sebenarnya sosok Karaeng Tambara Daeng Mallino ?, setelah pencaharian sore tadi beberapa tetua kampung maupun keturunannya didapatkan sebuah info jikama sosok ini merupakan salah seorang Pemimpin suatu kerajaan tua Lembang Bata yang terletak di Kecamatan Bonto Bahari, namun informasi ini masihlah begitu samar yang mana belum adanya tulisan ataupun semacamya.
![]() |
Ditemukannya mata air menandakan suksesnya kegaiatan, nampak antusias masyarakat dari berbagai kalangan usai. |
![]() |
Sumber mata air yang ditemukan oleh sebagian warga diambil untuk tujuan tertentu. |
Dengan ditemukannya mata air yang digali oleh salah seorang peserta yang diiringi genderang jong ini menutup prosesi yang dilangsungkan selama sehari, kegiatan yang mempertemukan ribuan masyarakat sebagai ajang silaturahmi juga amat perlu dilakukan secara berkala untuk mempertahankan tradisi yang saat ini mulai amat menghawatirkan juga terdapat unsur magnet bagi para wisatawan.
Topada Salamaki.
Penulis : Zulengka Tangallilia
Beliau adalah raja ke X
BalasHapus